Solusi Penanganan Banjir, Abdul Rauf Dorong Penanaman Pohon Kemiri

Abdul Rauf. Foto : Phapa Lance

Mataram, Halo Bima — Anggota DPRD Provinsi NTB, Abdul Rauf, ikut peduli terhadap bencana banjir yang kerap terjadi di wilayah Bima, baik di kota maupun kabupaten. Menurutnya, salah satu penyebab terjadinya banjir adalah kerusakan hutan yang disebabkan oleh deforestasi hutan secara masif seperti swasembada jagung.

Untuk penanganan banjir  dalam jangka panjang, ia mendorong pemerintah dan masyarakat mulai peduli terhadap pentingnya menjaga hutan.

“Kita harus kembalikan hutan ini. Hutan harus difungsikan lagi sebagai penahan air hujan.” ungkapnya.

Baca Juga :  Peduli Banjir Wera Ambalawi, Abdul Rauf Anggarkan 2 Miliar untuk Perbaikan Infrastruktur

Abdul Rauf juga berencana menjadikan desa-desa terdampak banjir sebagai lokasi reses guna memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga hutan. Menurutnya, perusakan hutan menjadi salah satu faktor utama yang memperparah dampak bencana banjir di wilayah Wera.

“Saya akan mengadakan kegiatan reses di desa-desa terdampak banjir agar bisa memberikan pemahaman langsung kepada masyarakat tentang bahaya kerusakan hutan,”

Salah satu cara mengembalikan hutan seperti sedia kala, ia menyarankan seluruh elemen, terutama para petani untuk menanam pohon kemiri. Menurutnya, pohon kemiri memiliki dua manfaat utama: sebagai penahan air hujan untuk mencegah banjir dan sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi.

“Provinsi NTB baru-baru ini mengekspor 20 ton buah kemiri dengan harga yang sangat menggiurkan. Oleh karena itu, edukasi tentang penanaman pohon kemiri harus digalakkan, karena nilai ekonominya jauh lebih tinggi dibandingkan jagung,” jelasnya.

Ia mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap keseimbangan alam. Bencana banjir yang terjadi saat ini merupakan dampak nyata dari perusakan hutan yang tidak terkendali.

“Kita harus belajar dari kejadian ini dan tidak menjadikan alasan ekonomi sebagai pembenaran untuk membabat hutan. Jika ekosistem rusak, dampak ekonominya justru jauh lebih besar,” pungkasnya.

Bagikan:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *